Sabtu, 23 Februari 2013

IRAMA CINTA (part 2)


Part 2 (She is Sivia)
       Pagi ini menjadi pagi yang enggan dinanti bagi Ify. Jikalau ia bisa, ia ingin menghapus hari ini. Menghilangkan segala kegundahan dalam hatinya. Namun, semua yang telah di takdirkan Tuhan tak mampu ia rubah semaunya. Disni Tuhan-lah yang berkuasa.
          Ify sedari tadi tak berniat untuk melakukan apapun, berdiam diri diatas ranjangnya. Walaupun, sedari tado bundaa Ira terus mengobrak abriknya agar bergegas menyiapkan semuanya.
Apa yang harus disiapkan? Ify dipanti tak berbekal apapun, semua milik bersama. Yang ia punya hanya teman temannya, termasuk Febby.
           Didepan Ify, terlihat ada Febby yang bersikap sama dengannya. Sedang dilanda gunda gulana yang begitu luar biasa. Hatinya risau karena sebagian hatinya nanti akan hilang darinya. Ah, bagaimana ia bisa berbahagia jikalau tak ada Ify? Siapa nanti yang akan tidur bersamanya. Takada teman yang sepengertian Ify. Ify yang selalu menjailimya, Ify yang selalu mengingatkannya dikala lupa membaca doa akan tidur. Lalu siapa nanti yang akan menggantikan posisi Ify?. Ify selalu dihatinya, takkan tergantikan!.
KRIEEK..
Pintu kamar terbuka, menyembulkan seorang wanita paruh baya dari sana. Suara pintu sempat memecah keheningan sesaat, hanya sesaat lalu kembali menjadi hening ketika tau siapa yang  menyebabkan pintu tua itu berdecit.
      Ify hanya melirik wanita itu sejenak , lalu kembali terpengkur dalam kegundahannya lagi. Ah, wanita itu.. wanita pengenal krdundahaannya.
Sama dengan Ify, Febby pun sama sekali tak memperhatikan gerak gerik wanita itu yang lamat lamatsemakin dekat dengannya lantas mengusap bahunya lembut.
           Febby hanya mendongakkan kepalanya, kearah sentuhan lembut itu. pandangannya kabur, tak mampu melihat dengan sempurna karena manic matanya yang mulai berkaca kaca. Walaupun bagitu, Febby tau siapa wanita itu, dari aroma khasnya. Lantas tanpa berbasa basi ia mendekap erat wanita itu, menumpahkan segala kegelisahannya. Berharap pada wanita itu agar Ify tetap dengannya. Tak usah pergi.
“Bunda.. Ify mau kemana? Febby ikut..”
Suara Febby terdengar seral, nada bicaranya tercampur sesenggukan menangis. Air matanya tak dapat dibendung lagi, tak peduli nanti ia akan diejek daud karena  cengeng, yang terpenting Ify jangan pergi.
          Ify yang melihat Febby menangis, hanya mampu menyentu dadanya. Terasa sesak disana, Bunda Ira.. Tolong Ify.
“Ify tetap akan pergi, tapi hatinya akan selalu ada disini. Bersama Febby, Bunda Ira dan semuanya..” Bunda Ira- wanita tadi menatap sendu Febby dan Ify bergantian. Ify yang merasa namanya dipanggil pun menoleh kearah Bunda Ira, air mata Ify tak mampu dibendungnya lagi. Ify pun menyerbu ke pelukan Bunda Ira bergabung bersama Febby.
*
      Halaman depan panti penuh sesak, penuh aroma kesedihan dan kegelisahan. Daud dan Patton teman Ify yang sering menjailinya, kini mereka menangis sejadi jadinya sesakali memohon pada Bunda Ira agar Ify jangan pergi. Ify yang sudah ditunggu oleh kedua orang tua barunya pun tak bisa mengelak. Jujur, sesungguhnya ia pun ingin seperti temannya yang lain, mempunyai Orang tua.
Ify berpamitan kepada temannya satu persatu, mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Termasuk, Febby ia memberikan boneka kesayangannya untuk Febby yang selama ini menjadi rebutan jika ingin tidur. Ify hanya bisa memberikan itu sebagai bukti nanti jikalau Febby rindu kepadanya. Mereka berdua berpelukan, menangis mengeluarkan segala kegelisahannya. Ify baru melepaskan pelukannya ketika, bunda Ira menyentuh bahunya. Memberi Kode bah wa orang Tua nya telah menunggu.
Ify pun pergi dengan digandeng kedua Orang tuanya disisi kiri dan kanan menuju mobil mewah yang terparkir disana.
    Dulu.. Ify memimpikan manaiki mobil mewah tersebut. Namun, kini yang di impikannya hanya satu. Dapat kembali bermain dipanti. Ketika ia duduk di kursi belakang, didapatinya seorang gadis berponi yang cukup manis tersenyum kearahnya, Ify pun ikut tersenyum hambar.
“Hai, Ify?..,” ucap gadis berponi itu menyapanya.
Ify hanya mengangguk tak ingin banyak bicara hari ini.
“Aku Sivia.. kakak baru mu.”
     Ify mengerutkan keningnya, ketika mendengaar gadis berponi itu mengucapkan kata kakak baru mu. Gadis berponi itu kakak baru nya? Ify sedikit tersenyum dalam hati. Di sana, ia tak kesepian ada kakak cantik nya yang akan menemaninya bermain.
Lantas Ify memeluk Sivia, sebagai ungkapan Terimakasih yang tak dapat diartikan.

      Sivia sama dengan Febby, pelukannya hangat. Nyaman bila ada didekatnya, semoga Sivia dapat mengobati Rindunya nanti kepada Febby.

Senin, 11 Februari 2013

Irama Cinta part 1



Part 1 (Sehari di panti)

       *
    Sore ini, bagi gadis kecil ini tak seperti sore biasanya. Jikalau biasanya ia lebih memilih bermain masak-masakan dihalaman panti bersama teman sekamarnya Febby. Kini ia lebih memilih berdiam diri di kamar. Merenungi kembali, kejadian tadi pagi.
*
(FlashBack On)
    “Ify .. Kesini sebentar Nak!”
Tiba tiba Bunda Ira memanggil namanya. Ify yang malas berdiri menghampiri dengan enggan melangkahkan kakinya.
“Ada apa Bunda?” , ucap gadis kecil itu. Ify.
      Bunda Ira tersenyum kepadanya. Ify mengernyitkan dahinya, tak seperti biasanya bunda Ira tersenyum semanis itu kepadanya. Kecuali kalau ada maunya, contohnya, dengan senyum manis itu dan wajah agak memelas Bunda Ira akan menyuruhnya belanja kepasar. Ah, pasti kali ini juga ada maunya. Disebelah bunda Ira, berdiri seorang wanita paruh baya dengan senyum ia tunjukan pada Ify. Ify berpikir bahwa wanita ini adalah orang kaya. Terlihat dari gaya berpakaiannya Elegean. Ah, Ify bisa menebak orang orang seperti itu. Biasanya, Ingin mengangkat anak dari panti asuhan nya. Mengambil teman bermainnya. ‘Huh!’ Ify mendengus kesal! Ia tak suka dengan orang orang itu, orang orang yang suka mengambil teman bermainnya. Seperti teman pemudanya. Lalu siapakah lagi kali ini yang akan ia ambil?
“Ify, perkenalkan ini Tante Gina.” , ucap bunda Ira sambil melirik wanita yang disebut tante Gina itu.
Ify dengan cepat meraih tangan Tante Gina, mengecup punggung tangan beliau. Itu yang diajarkan Bunda Ira. Jika ada orang yang lebih tua dari kita! Hendaklah sopan!
Tante Gina tersenyum. “Namamu Ify?”
Ify mengangguk lalu tersenyum.
“Anak yang sopan. Saya suka.”. kali init ante Gina memujinya. Itu semua membuat rona merah malu di pipi Ify. Hei lihat, ia dipuji orang.
“Ify, maukan manggil Tante Gina dengan sebutan Mama? Kali ini, Tante Gina ingin mengasuhmu.”
Ify ternganga ketika mendengar pernyataan Bunda Ira. Mama? Hari ini Ify punya mama. Sungguh senang tak kentara menyelubungi hatinya. Ada perasaan iri. Ketika, teman temannya berhasil mendapat orang tua angkat. Sedangkan dirinya belum sama sekali. Kali ini impiannya terwujud, ia mempunyai seorang Ibu.
“Mama..”, ucap Ify parau. Lalu berhambur memeluk tante Gina seketika. Itu ungkapan terimakasih dari Ify.
“Ify juga punya kakak loh”
*
(flashback Off)

        Sungguh, Ify benar benar lupa. Bahwa ada kesedihan lain ketika ia memutuskan sesuatu. Ify lupa, jikalau ia harus meninggalkan panti pergi bersama keluarga barunya. Akankah keluarga lamanya dip anti akan terus bersamanya?. Ah, Ify mengetuk kepalanya kesal. Kenapa dirinya begitu bodoh tidak memikirkan keluarganya di panti? Di sisi laim ia ingin mempunyai keluarga, bercanda bersama dengan Mama, Papa, juga saudaranya. Namun, ia juga ingin tetap bermain bersama teman teman panti. Termasuk, teman sekamarnya. Febby. Ah, bagaimana ia bisa tidur pulas nanti. Jikalai tidak ada suara Febby menyanyikan Nina Bobo. Kuatkah ia menhana rindu tak bermain bersama Febby? Ah, mana tahan.
‘Krieekk ....
Suara pintu kamar terbuka, Ify kecil yang sedang merenung, terlonjak kaget. Ketika, seseorang masuk kedalamnya. Didapatinya seorang gadis sebaya nya yang amat ia kenal. Ify mengernyit dahinya bingung, Lihat! Ada yang aneh dari temannya itu. Febby. Disekitar mata cantik Febby, Ada air mata. Bisa ditebak barusan tadi Febby menangis. Ada apa? Bukankah itu hal yang aneh! Febby yang tomboy pantang menangis. Kini jelas jelas ada berkas air mata di kelopak matanya.
“Febby, kenapa menangis..?”
Yang disapa Febby, malah menggeleng lalu beranjak menenggelamkaj wajahnya ke bantal . membuat dada ify semakin sesak sungkan untuk pergi dari Febby.
“Febby, kenapa? Ayoo.. cerita sama Ify!”
Febby hanya menggeleng, tak beranjak dari bantalnya.
      Ify semakin kesal dibuatnya. Duh, Febby ini jangan sok merajuk deh, lihat Saja! Ify akan mengerjainya. Digelitiknya pinggul Febby yang sontak membuatnya tertawa geli. Ah, Ify paling ahli membuat temannya tertawa.
“ayo.. kenapa Febby nangis?! Atau Ify bakalan gelitikan lagi nih!...”
Ify sudah ancang ancang mengertakan jari jarinya. Namun malah ditanggapi lemparan bantal oleh Febby.
“Febby, takut.. Ify ninggalin Febby”
Hati Ify mencelos lemas. Tadinya yang sudah melupakan masalhnya tentang meninggalkan panti, sekarang terobrak abrik kembali. Ternyata, Febby sama dengan dirinya. Sama sama takut kehilangan satu sama lain. Ah, hati Ify semakin berat meninggalkan panti.


“Ify sayang Febby, Ify gak akan ninggalain Febby. Walaupun ninggalin, suatu saat nanti pasti ketemu.”, dipeluknya Febby. Seperti enggan untuk melepasnya. Dua gadis kecil itu, menumpahkan segala keluh kesah. mereka bermain, bercanda seharian. Serasa mereka tau, esok hari, mereka tak bisa berjumpa kembali.

Irama Cinta



Irama Cinta

        Gadis Kecil terbaring dalam tempat tidurnya yang bersusun. Matanya terus memandang langit langit dipan kasur diatasnya. Pandangannya kosong,tapi pikirannya menerawang jauh. Ia memutar  kembali ingatannya tadi pagi, dimana ada perih didadanya, tepatnya didalam dadanya. Diorgan vital bernama hati.  Perasaan perih itu, sudah terbiasa tergores pisau saat membantu ibu panti memasak.  Namun, kali ini perih yang ia rasakan lebih terasa mengiris.
*
       Halaman depan panti kasih bunda, terlihat lebih ramai dari biasanya. Mobil merah mewah terpakir didepan halaman yang sedang terkerubungi oleh anak anak penghuni panti. Kebanyakan mereka berdecak kagum melihat mobil semengkilap itu. Andai mobil itu mampu mereka tumpangi.
       Lain dengan gadis kecil yang sedari tadi menggenggam  tangan mungil milik seorang  teman lelakinya . gadis kecil itu menatap anak lelaki itu sambil menggeleng mengisyarat, ia tak ingin ditinggal.
“Cuma sebentar, Nanti janji bakalan balik lagi kok! , ” ucap anak lelaki itu sambil mengusap ubun ubun sang gadis kecil.. gadis kecil itu hampir menangis matanya sudah berkaca kaca, mau tak mau ia harus melepas genggamannya. Apalagi anak lelaki itu sudah berjanji akan kembali padanya suatu hari nanti.
         Dilepaskannya genggaman tangannya, walau genggaman dalam hatinya tak sekalipun ingin mengendor.
Anak lelaki itu berjalan pergi dengan digandeng sepasang suami istri dikanan kirinya. Sambil terus meamandang gadis kecil itu, ia melambaikan tangannya. Lalu masuk kedalam mobil mewah yang telah terkerubungi.
       Gadis kecil itu masih terus menatap halaman panti yang tadi digunakan untuk memarkirkan mobil mewah yang membawa temannya pergi  Sekaligus, separuh perasaannya.
*
 

Blog Template by BloggerCandy.com