Sabtu, 25 Mei 2013

cinta Semi (part 1)



PART 1


Sebuah Rencana


**

             Meja makan kecil yang cukup sederhana. Di isi dengan Makanan sederhana buatan Ify. Rio dan Ify duduk saling berhadapan. Diam menyantap makanan masing-masing. Tak saling berbicara jika tak perlu. Membuat Ify sedikit mendengus lega. Sungguh, ia masih malas berbicara apapun.

“Hari ini tidak ingin ku antar keliling Kyoto? Ada banyak peninggalan se---“

“Tidak. Tidak usah.”  Selat Ify begitu saja. Membuat Rio membukam mulutnya kaku.

Ify lebih baik dirumah saja. Walaupun bermalas-malasan memang bukan pekerjaannya. Namun ia yakin, dirumah lebih baik daripada diluar bersama orang asing yang membuat otaknya bekerja lebih lambat.

      Tiba-tiba saja, Rio berdiri dari duduknya. Membuat Ify sedikit tersedak. Lantas mendongakkan kepalanya, menatap Rio bingung. Ada satu khayalan dalam otaknya tentang Rio. Apakah pemuda ini marah dengan ucapannya barusan?

“Ya sudah. Kalau begitu, hari ini aku akan bekerja.”

Huft! Ify mendengus lega. Lega karena dikiranya Rio akan marah karena ucapannya, dan lega karena Akhirnya ia bisa sendirian di rumah. Bebas tanpa orang asing.


**

“Sivia-Chan. Aku berangkat dulu yaa—“
“Alvin-kun tunggu!.”

Alvin yang sudah siap membalikkan badannya, berhenti sejenak ketika istrinya-Sivia memanggil namanya dengan menjerit. Lantas segera ia menghadap kearah Sivia kembali, dengan dahi berkerut.

“Ada apa?”

“Kau lupa sesuatu!”

Kerutan di dahi Alvin bertambah. Kadang masih terbingung dengan ucapan Sivia yang terlalu berputar.

“Apa?”

        Sivia meminjitkan kakinya. Mendongakkan kepalanya seperti ingin menggapai sesuatu.
Alvin yang merasa, Sivia kesulitan segera merendahkan tubuhnya.
Dengan segera, Sivia berbisik pelan kepada Alvin. Membuat Alvin segera mengerti lantas tersenyum.

“Begitu saja?”

Sivia mengangguk manis.

      Alvin segera merengkuh kepala Sivia. Lantas mengecup ubun-ubun Sivia dengan manis.

“Selesai.” Ucap Alvin seraya tersenym kearah Sivia.

“Daaaa—Alvin-kun. I love you,” ucap Sivia seraya melambaikan tangannya kearah Alvin yang sedang berjalan menuju mobilnya.


       Gleek!, Ify menelan ludahnya sukar.

Adegan tetangga barunya tadi, Sivia dan Alvin. Membuat pipinya sedikit merona.

Rumah tetangganya tadi, tepat disebelah rumahnya. Jadi, Rio yang tadi sudah siap berangkat kerja berhenti sejenak, ketika mendengar jeritan Sivia. Ify yang masih berada didekat suaminya pun reflex menoleh.

      Terlalu asik melamun, Ify tidak sadar dengan Rio yang sedang mendekat kearahnya. Lantas, merengkuh kepalanya pelan sama persis seperti apa yang dilakukan Alvin barusan. Dan tepat—dengan lembut, Rio menempelkan bibirnya kearah ubun-ubun Ify.

Setelah selesai, Rio segera membalikkan tubuhnya dan pergi kearah mobilnya.

“Aku pergi dulu ya. Kira-kira jam 5 sore nanti, aku pulang.”

       Suara serak Rio, menyadarkan Ify yang masih terpatung. Dengan reflex ia memegang dahinya. Lantas tersenyum miris.

Apa setiap pagi aku harus begini?

**


          Sepeninggal Rio. Ify tidak tau, harus melakukan apa. Ia sedikit menyesal tadi telah menuruti rasa gengsinya. Tidak mengiyakan, tawaran Rio untuk mengajaknya jalan-jalan.

Huft! Dan akhirnya, Ify hanya bisa memandangi televise dengan malas.
           Orang-orang ditelevisi, banyak berbicara dengan bahasa Jepang yang cepat. Ify yang masih tertatih melafalkan bahasa jepang, mendengarkan mereka berbicara membuat otaknya pusing.

Tingg Toongg!

   Bunyi, suara bel rumahnya terdengar menggangu. Ify memutar bola matanya malas. Memang siapa yang bertamu? Bukankah ia disini masih baru?
Tanpa banyak berpikir lagi, Ify segera berjalan menuju arah pintu, lantas membukanya.

“Sivia-Neechan?

Disana sudah ada, wanita paruh baya dengan senyum merekah dibibirnya. Ify mengerutkan keningnya. Ada apalagi?

“Kau tidak sedang sibuk bukan Ify-chan?,” Ucap Sivia sembari melengokkan kepalanya kedalam rumah Ify. Seperti mencari sesuatu.

“Tidak Oneechan.

“Bagus! Ayo ikut denganku.”

Tiba-tiba saja, Sivia segera menarik tangannya.
Ify yang terkesiap segera menepis tarikan Sivia dengan kasar.

Ada apa dengan orang ini? Batin Ify Buruk.

“Kita akan kemana Sivia-Nee?”

“Ke sanggar tari!”

“Ha?” Ify melongo ketika Sivia menyebutkan sanggar tari, kenapa tiba-tiba mengajaknya kesana?

“Tidak suka ya? Ku kira kau suka menari. Jadi ku ajak kesana,” ucap Sivia dengan nada yang sedih dan kecewa. Lantas mengembalikkan tubuhnya dari rumah Ify.

“Menari? Aku ikut!”

Sivia membelalakkan matanya kearah Ify, ketika ia mendengar Ify menjerit senang. Lantas menariknya keluar rumah.

        Ify sedari dulu memang suka menari. Dan tak pernah terfikirkan olehnya, bahwa Jepang kembali membuatnya menari.

Dan semoga, pilihannya menatap di Negara Sakura tidak benar benar hampa.

**

“Jadi begitu Oniisan,” ucap Rio meakhiri ceritanya.

Sedangkan diseberangnya terdapat Alvin yang menatapnya miris.

       Tadi, Rio menceritakan pada Alvin tentang Ify yang dingin. Ify yang selalu malas merespon ucapannya. Rio berharap, Semoga Alvin punya sedikit petunjuk untuknya. Karena Alvin lebih berpengalaman dalam menikah.

Rio menyeruput secangkir teh-nya. Lantas kembali menatap Alvin dengan pandangan frustasi.

“Bahkan Ify sama sekali gak berkenan. Saya ajak jalan-jalan,”

Alvin yang mendengar penuturan Rio, segera menepuk pundak sahabatnya itu.
“Sabar!,” ucapnya menyakinkan.

Pandangan Alvin teralih kearah luar jendela.

                   Pikiran Alvin menerawang, dulu sewaktu pertama kali menikah dengan Sivia. Sivia begitu gengsi. Namun, setelah ia ajak ke Taman Ueno, hati Sivia menjadi sedikit lebih melembut.

Huh! Alvin mendengus kesal, ia menemukan satu filosofi lagi. Bahwa, wanita tak bisa ditebak. Manja dan egois.

           Cerita Rio barusan, membuat pikiran Alvin kembali berputar. Dan kini, berputar pada masa bahagianya dengan Sivia.

Ia ingat, dulu Sivia sering memarahinya hanya karena tak manaruh pakaian dengan benar.

     Alvin jadi terkikik sendiri. Ia masih ingat raut wajah Sivia saat marah. Menakutkan.

Lagi-lagi Alvin teringat. Sepulang kerja, Sivia selalu menyambutnya dengan cerita.
            Yang masih teringat dibenaknya jelas adalah ketika Sivia dengan ngotot menceritakan Sinetron kesukaan yang bercerita tentang….

“Rio! Aku puny ide!”

Tiba-tiba saja, Alvin berseru membuat Rio yang sedari tadi melamun terkesiap dan melototkan matanya.

“Apa?”

      Alvin-pun menceritakan ide-nya yang muncul begitu saja, ketika mengingat sinetron yang diceritakan Sivia. Suara Alvin sedikit dilirihkan, seperti seorang Bandar menyebutkan kode rahasianya.

Tepat saat Alvin selesai menyebutkan, Rio menjerit. Melototkan matanya besar-besar dan menggeleng kasar. Tanda ia sama sekali tidak menyetujui ide Alvin.

“Gila! Saya gak akan lakuin ide gila itu!”

***
Note :

Oneechan : panggilan untuk kakak perempuan
Oniisan : panggilan untuk kakak laki-laki.
 

Blog Template by BloggerCandy.com